Keberagaman dalam Cerpen "Sepotong Tari dalam Garis Waktu” sebuah kajian Antropologi Sastra.
Penulis: Herawati (Mahasiswa Universitas Pamulang)
Cerpen "Sepotong Tari dalam Garis Waktu” karya Najla ZR adalah cerpen yang menceritakan tentang seorang penari yang memiliki Impian untuk menggelar pertunjukkan tari amal.
“Ibu sangat mendalami seni ini. Suatu saat nanti, Ibu ingin memberi manfaat kepada orang melalui tarian,”
Kutipan tersebut dari tokoh ibu dalam cerpen "Sepotong Tari dalam Garis Waktu” karya Najla ZR yang memiliki Impian untuk menggelar pertunjukan tari amal, sebab bisa memberikan manfaat kepeda orang lain. Tetapi tanpa disangka dirinya harus terbaring dirumah sakit menderita skleroderma. Penyakit yang membuat jaringan darahnya mengeras, menyebabkan pengerasan pada kulit.
Dalam analisis antropologi sastra cerpen ini memaparkan sebuah keberagaman budaya, latar belakang, istiadat, tradisi, hingga cara berfikir. Keberagaman yang dapat membantu kita memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda dan dengan keberagaman kita bisa menghasilkan sesuatu hingga membentuk suatu kesatuan utuh.
Tokoh Hana sebagai anak ibu penari berniat untuk mewujudkan Impian ibunya yaitu menggelar pertunjukkan tari amal, Ia berlatih tarian topeng. Penggunaan topeng di sini dapat memberikan identitas visual karakter yang diperankan penari sehingga memiliki sarat akan makna simbolis yang dalam.
Tokoh Hana terlempar kembali ke masa tatkala Ibunya masih dapat bergerak bebas, tidak terikat oleh penyakitnya. Hana hanya mengingat peristiwa itu dengan samar.
Suara langkah kaki itu berirama, gerakan mengayun lembut, selendang batiknya menciptakan ritme yang menenangkan, kedua tangannya di dada, menyiratkan simbol hati yang ingin memberikan cinta dan kebaikan kepada orang lain.
Cerpen ini mengambarkan gerakan tarian topeng dimana memerlukan atribut yang menyamarkan raut wajah.
Hana kembali dengan Impian ibunya berencana menarik isi Tabungan untuk acaranya. Tanpa disangka ia bertemu dengan sosok yang tidak diharapkannya yaitu Hanin seorang kakak Perempuan yang tidak pernah akrab denganya.
“Dengar, Hana. Uang itu akan terbuang sia-sia kalau kau gunakan untuk acara tari konyol itu. Kalau kau benar-benar peduli pada Ibu, seharusnya kau gunakan uang tersebut uang biaya pengobatannya! Itu lebih membantu Ibu. Kau hanya akan menggunakan uang tersebut demi kepentingan tidak bermanfaat!”
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Hanin memang tidak memiliki Hasrat seni, menurutnya menari adalah hal yang bodoh untuk dilakukan. Dan uang yang hana keluarkan untuk acara pertunjukkan dibantah oleh hanin, karena menurutnya uang tersebut lebih baik digunakan untuk pengobatan ibunya.
Hana semakin binggung arah mana yang harus dia ambil. Sore itu hana memutuskan untuk bertemu dengan guru sanggarnya yaitu Miss Eva. Miss Eva menyimak dengan sabar.
Hal tersebut menunjukkan keberagaman cara pandang dalam memandang suatu hal, tokoh hana dan hanin memiliki cara pandang yang berbeda, begitupun karakter dalam sebuah tarian yang memiliki gerakan dan ekspresi yang unik, mencerminkan perbedaan individualitas mereka. Bahkan cara pandang pun adalah keberagaman.
Cerpen “Sepotong Tari dalam Garis Waktu” karya Najla ZR mengajarkan kita untuk melihat sudut pandang yang berbeda, karena cara berpikir setiap orang beragam. Kita tak bisa memaksa orang untuk selalu setuju dengan cara berpikir kita, yang harus kita pikirkan adalah bagaimana keberagaman ini bisa menghasilkan sesuatu.
Komentar
Posting Komentar