Mengenal Frasa Endosentris dalam Kehidupan Sehari-Hari
Bahasa adalah jendela untuk memahami dunia di sekitar kita, yang memiliki peran penting sebagai alat berkomunikasi antar sesama manusia dan bertujuan untuk mendapatkan informasi, gagasan atau ide. Bahasa dapat disampaikan melalui lisan maupun tulisan atau dalam teks bacaan. Pada sebuah teks bacaan, kita akan sering menemukan kajian ilmu sintaksis yang terdiri atas frasa, klausa, dan kalimat. Namun topik pembahasan kita kali ini hanya untuk mengenal salah satu aspek menarik dari struktur bahasa yaitu Frasa Endosentris.
Sebelum membahas Frasa Endosentris, terlebih dulu kita dapat mencari tau apa yang dimaksud dengan frasa. Frasa merupakan penggabungan lebih dari dua kata dan bersifat tidak adanya predikatif (Kridalaksana, 2008:59). Hal ini sejalan dengan Parera (1991:32) menyebutkan frasa yakni suatu kajian ilmu sintaksis yang terbentuk lebih atas dua kata baik dalam satu pola dasar kalimat atau tidak. Menurut Ramlan dalam Nina, M.K Hadist (2022:19) frasa adalah satuan gramatikal yang secara keseluruhan tidak dapat melewati batas fungsi dan selalu berada di dalam
satu fungsi tertentu yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (KET,) dan pelengkap (Pel). Berdasarkan distribusinya, frasa dikategorikan menjadi Endosentris dan Eksosentris. Frasa Endosentris yakni frasa yang menempatkan unsur pusat (UP) di mana salah satu unsurnya menjadi inti atau pokok, menggantikan kedudukan fungsi frasa tersebut.
Sesuai dengan penuturan Ramlan dalam Nina, M.K Hadist (2022) Ada tiga macam jenis Frasa Endosentris yaitu koordinatif, atributif, dan aposisi dengan contoh pada novel Pulang karya Leila S. Chudori.
1. Frasa Endosentris Koordinatif merupakan frasa di mana unsur pusatnya memiliki tingkat yang sama dan dapat disisipkan oleh konjungsi ”dan, atau” Salah satu contohnya yaitu:
• ”Dia tidak pernah mempunyai adik-kakak atau saudara”
• ”Sesuai dengan peraturan restoran L’amour, Narayana dan Ayah mengenakan jas yang sama”
2. Frasa Endosentris Atributif merupakan frasa di mana unsur atributif dan unsur pusatnya tidak setara dan tidak dapat disisipkan oleh konjungsi seperti ”dan, atau” Salah satu contohnya yaitu:
• ”Dia cukup nyaman untuk menikmati hari tua di kampung halamannya.”
• ”Setelah membeli beberapa buku bekas itulah mereka pergi perlahan menyusuri Sungai Seine.”
• ”Aku ingin ayam bakar saja, boleh?”
3. Frasa Endosentris Apositif adalah frasa yang unsurnya saling menggantikan, dapat memberikan penjelasan yang sama namun tidak dapat disisipkan oleh konjungsi seperti ”dan, atau” Salah satu contohnya yaitu:
• ”Dia menatap Pierre, penjaga kios yang tidak pernah mandi”
• ”Ekayala, tokoh wayang kulit yang menjadi panutan Ayah itu sangat disukainya”
• ”Lintang, anaknya Dimas Suryo itu sedang meminta izin pada ayahnya bahwa ia ingin pulang ke Indonesia”
Sesuai dengan contoh-contoh yang dapat kita temukan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa Frasa Endosentris adalah frasa yang mempunyai tingkat setara pada unsur pusatnya. Dalam kehidupan sehari-hari, Frasa Endosentris memberikan kekayaan pada bahasa kita dengan menggambarkan hubungan antara kata-kata dalam sebuah frasa. Dengan memahami konsep ini, kita dapat lebih memahami arti dari berbagai frasa yang sering kita gunakan. Sehingga, saat kita berkomunikasi, kita dapat lebih tepat dalam menyampaikan makna dengan menggunakan Frasa Endosentris.
Referensi :
Chudori, Leila.S (2022). Pulang. Jakarta: PT Gramedia.
Kridalaksana, dkk. (2008). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.
Nina, M.K. Hadits. (2023). Sintaksis Bahasa Indonesia: Konsep Dasar dan struktur Kalimat. Yogyakarta: Deepublisher Publisher
Parera, Jos Daniel. (1991). Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Komentar
Posting Komentar